Keunggulan Budidaya Tomat di Morowali
Banyak [Halo]
Letak geografis Morowali yang memiliki dataran tinggi, iklim tropis lembap, serta tanah yang relatif subur menjadikan wilayah ini cocok untuk budidaya tomat. Ketersediaan air dari sungai dan mata air pegunungan juga mendukung keberlanjutan produksi di berbagai musim.
Beberapa keunggulan budidaya tomat di Morowali antara lain:
Kondisi agroklimat mendukung: Tomat membutuhkan suhu optimal 24–30°C dan sinar matahari penuh, yang sangat cocok dengan iklim Morowali.
Pertumbuhan permintaan pasar lokal dan regional: Tomat merupakan bahan pokok kebutuhan rumah tangga dan industri kuliner, dengan permintaan yang cenderung stabil sepanjang tahun.
Dukungan program pemberdayaan: Pemerintah daerah dan lembaga swasta mulai mendorong peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan dan penyediaan benih unggul.
Teknik Budidaya Tomat di Morowali
1. Pemilihan Lahan dan Persiapan Tanam
Budidaya tomat ideal dilakukan pada lahan dataran rendah hingga sedang (300–700 mdpl). Di Morowali, lahan pertanian di Kecamatan Bungku Timur, Bahodopi, dan Bungku Barat cukup potensial. Tanah digemburkan, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1 m dan tinggi 30 cm.
2. Pemilihan Benih Unggul
Petani di Morowali mulai menggunakan benih hibrida tahan penyakit seperti varietas Servo, Ratna, dan Mutiara. Benih disemai terlebih dahulu selama 2–3 minggu sebelum dipindahkan ke lahan utama.
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Bibit ditanam dengan jarak tanam 50x60 cm. Pemupukan dasar menggunakan kompos dan pupuk NPK. Penyulaman dilakukan jika ada bibit yang mati dalam 1–2 minggu pertama.
Pengendalian hama seperti ulat grayak dan lalat buah dilakukan secara terpadu menggunakan pestisida nabati atau sistem perangkap feromon.
4. Penyiraman dan Perawatan
Mengingat Morowali memiliki curah hujan sedang hingga tinggi, petani perlu mengatur sistem drainase agar akar tomat tidak tergenang. Pada musim kemarau, penyiraman dilakukan dua kali sehari.
5. Panen dan Pasca Panen
Tomat siap dipanen 70–90 hari setelah tanam. Di Morowali, panen biasanya dilakukan bertahap setiap 3–5 hari sekali. Hasil panen disortir berdasarkan ukuran dan tingkat kematangan, lalu didistribusikan ke pasar-pasar di Morowali, Kolaka, dan sebagian bahkan ke Palu.
Tantangan dan Solusi
Meskipun potensinya besar, budidaya tomat di Morowali masih menghadapi tantangan, seperti:
Kurangnya akses teknologi pascapanen dan penyimpanan
→ Solusi: Pelatihan pengolahan tomat menjadi produk olahan seperti saus dan jus tomat.
Fluktuasi harga pasar dan tengkulak
→ Solusi: Pembentukan koperasi petani dan kerja sama kemitraan langsung ke distributor.
Serangan hama penyakit akibat perubahan iklim
→ Solusi: Penerapan pertanian ramah lingkungan dan penggunaan varietas tahan penyakit.